Pkp319 - Jangan Terjebak dengan Ritual tapi carilah spiritualnya]

 [Pkp319 - Jangan Terjebak dengan Ritual tapi carilah spiritualnya]


Assalamu’alaikum..

Salam pkp, salam sabtu, salam liburan. Tidak lupa salam dalam beribadah juga. 


Setiap kali selesai solat lima waktu, kita jarang terlepas dari berwirid dengan wirid ini: 


اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَإِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَأَدْ خِلْنَ الْجَنَّةَ دَارَ السَّلاَمِ تَبَرَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَا لَيْتَ يَاذَالْجَلاَلِ وَالْأِ كْرَامِ


“Ya Allah, Engkau adalah Zat yang mempunyai kesejahteraan dan dari Mu kesejahteraan itu, kepada Mu akan kembali lagi segala kesejahteraan itu. Ya Tuhan kami, hidupkanlah kamu dengan sejahtera. Masukkanlah kami ke syurga kampung kesejahteraan. Engkaulah yang berkuasa memberi berkah yang banyak dan Engkaulah Yang Maha Tinggi, wahai Zat yang memiliki kehebatan dan juga kemuliaan.”


Itulah yang kita harapkan dari pagi yang mulia ini, Allah berikan pada kita kesejahteraan, damai dan selamat. Setiap dari kita kenalah yakin, sumber segala perdamaian, keselamatan dan kesejahteraan adalah Allah As Salam. Oleh itu, keyakinan pada AsSalam ni, kita kena praktikan dalam kehidupan sehari hari. Kalau baca wirid ini, jangan lah ianya hanya satu “ritual” saja tapi rasakan yang kita harapkan Allah - Tuan punya salam - akan berikan kita jalan keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan. Kerana jalan ini lah yang bawa kita ke syurga, tapi jalan jalan ini harus diikuti dibawa bersama

Islam. 


Ada pernah disebut para ustaz kaitan hal ini dengan ayat ke 25 dari surah Yunus: “Dan Allah menyeru (manusia) ke Darus salam (surga), dan memberi kan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam)”


Kerana itulah, saya selalu berpesan pada ahli ahli saya, jangan jadikan ibadat kita hanya ritual semata, apa yang kita baca dalam solat dan seusai solat, kita tidak merasainya apa pun. 


Dalam satu video kuliah, Ustaz Auni menyebut ada antara kita, pergi solat ke masjid, iktikaf dan solat sunat, baca al quran ber juzuk juzuk tapi tahi cicak ada sebelah pun tidak dihiraukan. Jom 

Elakanlah kita terjebak dengan ibadah yang hanya ritual semata. 


Ada ustaz menyebut yang ada video pendek memperlihatkan bagaimana robot solat witir 1 rakaat. Video ini saya sendiri pun tak pernah tonton tapi saya boleh bayangkan. 


Selalu kita dimomokkan orang Jepun jujur, disiplin, kadar rasuah pun sangat rendah. Padahal, mereka tak buat pun  ritual agama dengan baik macam kita, muslim. Kenapa boleh? Adakah agama tak diperlukan dalam pembentukkan karakter manusia? Atau ada yang salah dalam hal kita beragama?


Lihat balik sejarah Islam di masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin,

terbukti Islam telah mengubah keadaan masyarakat dari tidak beradab jadi beradab. Kejujuran satu kebiasaan sehingga ada kisah tentang penggembala kambing tidak berani menjual kambing tuannya meskipun tuannya tidak tahu kerana si gembala itu yakin yang Allah Maha Tahu. Ada lagi hebat, seorang anak tak nak ikut perintah Ibunya mencampurkan air ke dalam susu jualan mereka. “Bukankah itu dilarang oleh Khalifah Umar?” Bila ibunya memaksa, “Umar tidak tahu” Jawapan anaknya “ tapi Tuhan Umar tahu”.


Jangan tanya orang, tanya kita dulu, bagaimana dengan kita sebagai umat Islam sekarang? Pada saya, secara peribadi, rasanya, kita masih jauh dari harapan. Mengapa? Kerana kita sudah terjebak dengan, agama sebagai ritual bukan spiritual. 


Saya mungkin salah, tapi saya khuatir ajaran agama dipandang sebagai ibadah ritual rutin - solat, puasa, zakat dan haji. Bila dah buat semua, sudah dikira cukup. Padahal, setiap ibadah yang dijalankan pasti ada hikmah dan pelajaran serta spirit didalam nya. Jika semua dapat digali, ibadah membawa kita satu transformasi dari ritual jadi spiritual.


Saya ambil satu ayat tersohor bila tiba Ramadhan: 


“Hai orang orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Baqarah : 183)


Saya terjumpa satu penulisan yang membedah taqwa dari empat huruf (ta, qaf, wau dan alif), dikembangkan jadi empat kata: Tawadhu (rendah hati), Qana’ah (merasa cukup / pandai bersyukur), Wara’ (hati hati) dan Ikhlas (tulus). 


Jika kita dapat merenungi itu semua, in shaa Allah, ibadah yang kita lakukan bukan lagi ibadah ritual semata tapi sudah menjadi ibadah spiritual. Jika hanya sekadar ritual maka kita tidak jauh beza dengan robot yang solat, hanya gerakan tanpa makna dan penghayatan. Jika kita dapat gapai makna spiritual nya maka akan lahirlah manusia bertakwa yang mewujudkan para Muslim yang lebih baik kerana kejujuran jadi pegangan. Amin.


Satu pemikiran selepas mendengar video kuliah Ustaz Auni.


[Akhir kalam..]


Dengan menterjemahkan As Salam dalam kehidupan, in shaa Allah dapat menbentuk satu budaya keamanan, kedamaian, ketenteraman, kerukunan dan kesejahteraan. Pesan Nabi SAW, “Wahai umat manusia, tebarkanlah salam (jalan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan), berilah makan (kepada orang yang memerlukan), jalinlah tali silaturrahim, dan solat malamlah saat kebanyakan manusia tidur lelap, nescaya kalian semua akan masuk syurga dengan selamat dan penuh kedamaian,” (alTirmidzi, Ibn Majah, Ahmad, alDarimi, dan alHakim).


Dalam masa yang sama, untuk gapai damai, sejahtera dan selamat, kenalah ikut cara islam yang ibadah bukan saja takat ritual saja tapi rasakanlah ianya secara spiritual nya. Carilah IHSAN. 


Wallahu’alam 


Barakallahufikum 

Wassalam.

#Written&Edited by: NCS

Comments

Popular posts from this blog

☆28_2_1446H Isnin (320-649) 91-46

☆ 27_1_1446H Jumaat (289-618) 60-15

12. Sirah 25 Rasul & Nabi - AYUB A.S