In.My.Mind - Ibnu Rushd & Kisah Salman Al-Farisi
Jumaat 03, Dhul Hijjah.1446,
(30-May-2025)
Pintu antara Pintu
Bila Solat
Apa itu "Orang Sesat?"
Dalam ajaran Islam, khususnya berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ, "orang sesat" merujuk kepada mereka yang menyimpang dari jalan yang benar, yakni ajaran Islam yang murni dan lurus sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ.
Definisi "orang sesat" menurut Rasulullah ﷺ dapat difahami dari beberapa hadis dan ayat Al-Qur'an, antara lain:
1. Keluar dari Jamaah Muslimin dan Sunnah Nabi
Nabi ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya barang siapa yang hidup di antara kamu setelahku, maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah perkara-perkara yang diada-adakan, karena setiap bid’ah itu adalah sesat."
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dinilai hasan sahih)
Penjelasan:
Orang yang meninggalkan sunnah Nabi dan para sahabat, serta mengamalkan bid’ah (hal baru dalam agama tanpa dasar), termasuk orang yang sesat.
2. Menyimpang dari Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara; kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya: kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnah Nabi-Nya."
(HR. Malik dalam Al-Muwaththa’, dishahihkan oleh Al-Albani)
Penjelasan:
Siapa pun yang tidak menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai petunjuk, dan lebih memilih hawa nafsu atau ideologi buatan manusia, maka ia berpotensi menjadi orang yang sesat.
3. Membuat Tafsiran Menyimpang
Rasulullah ﷺ juga memperingatkan tentang kaum Khawarij:
"Mereka membaca Al-Qur’an, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti anak panah menembus hewan buruan."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
Mereka adalah contoh orang sesat meskipun rajin ibadah, tetapi memahami agama secara menyimpang, penuh fanatisme, dan tidak sesuai dengan pemahaman para sahabat.
4. Menyeru Kepada Perpecahan (Hizbiyyah, Fanatisme Golongan)
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa yang menyeru kepada fanatisme golongan (ashabiyyah), maka ia bukan termasuk golonganku."
(HR. Abu Dawud)
Ringkasan Ciri Orang Sesat Menurut Rasulullah ﷺ:
Ciri-Ciri Keterangan
Menolak Al-Qur’an dan Sunnah Mengikuti hawa nafsu, filsafat, atau adat tanpa dalil
Mengada-adakan dalam agama (bid'ah) Melakukan ritual atau keyakinan tanpa dasar wahyu
Memahami agama secara menyimpang Tidak sesuai dengan pemahaman para sahabat dan ulama salaf
Mengajak kepada perpecahan Membuat kelompok eksklusif, memecah umat
Berpaling dari kebenaran setelah mengetahuinya Sikap keras kepala dan menolak nasihat
Jika kamu ingin, aku bisa bantu menuliskan penjelasan ini dalam bentuk ringkasan satu halaman untuk dipakai sebagai materi dakwah atau pengajian.
Siapakah Imam Rushd?
Imam Rushd, yang lebih dikenal di Barat sebagai Averroes, adalah seorang filsuf, hakim, dokter, dan ulama Islam yang sangat berpengaruh dalam tradisi filsafat Islam dan juga dalam sejarah pemikiran Barat.
📛 Nama lengkap:
Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Rushd
📆 Lahir: 1126 M di Córdoba, Andalusia (Spanyol Muslim saat itu)
⚰️ Wafat: 1198 M di Marrakesh, Maroko
🌟 Peran dan Julukan:
Dikenal sebagai Averroes di dunia Barat Latin.
Disebut sebagai "The Commentator" oleh filsuf Kristen Eropa karena komentarnya yang mendalam terhadap karya-karya Aristoteles.
Dalam dunia Islam, ia dihormati sebagai ulama, faqih (ahli fikih) dalam mazhab Maliki, serta hakim qadhi di Córdoba.
🧠 Bidang Keahlian:
Filsafat (terutama Aristotelianisme)
Kedokteran
Hukum Islam
Astronomi, Logika,Teologi
📚 Karya-Karya Penting:
1. Tahafut at-Tahafut (Kerancuan dari "Kerancuan Para Filosof")
Tanggapan terhadap Imam al-Ghazali, yang menulis Tahafut al-Falasifah. Ibn Rushd membela filsafat dan menyatakan tidak semua filsuf seperti yang dikritik Ghazali.
2. Komentar terhadap karya Aristoteles
Menulis tiga jenis komentar: singkat, menengah, dan panjang. Inilah yang membuatnya sangat terkenal di Eropa.
3. Kitab al-Kulliyat fi al-Tibb
Buku kedokteran yang sangat berpengaruh dan menjadi rujukan di dunia Islam dan Eropa.
4. Bidayat al-Mujtahid
Kitab fikih perbandingan dalam mazhab Maliki, menunjukkan keluasan pengetahuan fiqih-nya.
🧭 Pemikiran Penting:
Akal dan wahyu tidak bertentangan. Ia percaya bahwa jika keduanya tampak bertentangan, maka perlu ditakwil (ditafsirkan) secara benar.
Membela penggunaan akal (rasionalisme) dalam memahami agama.
Menganggap filsafat sebagai sarana untuk memahami hakikat ciptaan dan Sang Pencipta.
Mendukung kebebasan berpikir bagi kalangan terpelajar, selama tidak menyimpang dari syariat.
🌍 Pengaruh:
Pemikiran Ibn Rushd diterjemahkan ke Latin dan Ibrani, dan sangat memengaruhi pemikiran Renaisans Eropa, khususnya tokoh seperti Thomas Aquinas.
Di dunia Islam, ia menjadi simbol rasionalisme Islam, meskipun sebagian pemikirannya ditolak oleh kalangan tradisionalis pada masanya.
Baik! Mari kita bahas perbandingan pemikiran Imam Al-Ghazali dan Ibnu Rushd secara ringkas tapi mendalam. Ini penting karena keduanya adalah tokoh besar yang berdebat dalam sejarah intelektual Islam—terutama dalam masalah filsafat dan agama.
⚔️ Kontroversi Utama: Al-Ghazali vs. Ibnu Rushd
📘 1. Karya Pemicu Perdebatan
Al-Ghazali menulis "Tahafut al-Falasifah" (Kerancuan Para Filosof)
→ Mengkritik para filsuf seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi, menyatakan bahwa mereka menyimpang dari ajaran Islam dalam 3 hal inti (lihat poin bawah).
Ibnu Rushd menulis "Tahafut at-Tahafut" (Kerancuan dari ‘Kerancuan Para Filosof’)
→ Membela filsafat dan menyanggah argumen-argumen Ghazali secara sistematis.
---
🧠 2. Pandangan tentang Hubungan Akal & Wahyu
Tema Al-Ghazali Ibnu Rushd
Akal vs Wahyu Wahyu lebih tinggi dari akal. Akal boleh dipakai, tapi dibatasi oleh syariat. Akal dan wahyu saling melengkapi. Akal penting untuk memahami wahyu secara benar.
Filsafat Yunani Berbahaya jika dijadikan dasar agama. Bermanfaat, selama digunakan oleh orang berilmu untuk memahami agama.
Takwil Ayat Hanya boleh dilakukan oleh ahli. Takwil wajib dilakukan jika teks bertentangan dengan akal sehat.
---
⚠️ 3. 3 Isu Pokok yang Dikafirkan Al-Ghazali
Dalam Tahafut al-Falasifah, Al-Ghazali menyebut para filsuf kafir dalam 3 poin:
1. Keyakinan bahwa alam ini qadim (tidak diciptakan)
2. Menolak kebangkitan jasmani di akhirat
3. Mengatakan Allah hanya mengetahui hal-hal universal, bukan hal-hal partikular (detil)
→ Ibnu Rushd membela para filsuf dan menafsirkan ulang pemikiran mereka agar sejalan dengan Islam, menurut perspektif rasional.
---
🕌 4. Tujuan Ilmu dan Agama
Al-Ghazali: Menekankan penyucian jiwa dan pendekatan spiritual. Ilmu harus membawa seseorang kepada ketakwaan dan pengenalan hati kepada Allah.
Ibnu Rushd: Ilmu adalah alat untuk memahami alam dan wahyu, serta untuk membangun peradaban rasional dan adil.
---
🧾 Ringkasan Singkat:
Tokoh Ciri Khas Pendekatan
Al-Ghazali
Ciri khas/Pendekatan
Teolog-Sufi, kritikus filsafat
Spiritual, tekstual, membatasi filsafat
Ibnu Rushd
Filsuf-rasionalis, pembela Aristoteles
Rasional, filosofis, terbuka pada takwil
Kalau kamu mau, aku bisa bantu buat tabel perbandingan lebih lengkap, ringkasan visual, atau menguraikan salah satu karya mereka. Mau lanjut ke salah satu?
"Diam" tegah kita dari neraka. "Lidah" walaupun tidak bertulang yg boleh membawa manusia ke syurga atau neraka.
Kisah Abu Darda’ dan Salman Al-Farisi adalah salah satu kisah persahabatan yang sarat dengan hikmah dan nasihat ruhani. Ia menunjukkan kehalusan dalam menasihati dan bagaimana Islam menyeimbangkan antara ibadah, kehidupan sosial, dan hak tubuh.
🌿 Konteks Kisah:
Selepas peristiwa hijrah, Nabi Muhammad SAW mempersaudarakan para Muhajirin dan Ansar. Dalam hal ini:
Salman Al-Farisi (Muhajirin) dipersaudarakan dengan Abu Darda’ (Ansar).
🏡 Kisah di Rumah Abu Darda’:
Suatu hari, Salman Al-Farisi datang ke rumah Abu Darda’. Saat tiba, isteri Abu Darda’ (Umm Darda') kelihatan dalam keadaan tidak terurus.
Salman bertanya:
“Kenapa engkau kelihatan seperti ini?”
Isteri Abu Darda’ menjawab:
“Saudaramu, Abu Darda’, tidak memerlukan dunia. Dia menghabiskan waktunya dengan puasa di siang hari dan solat di malam hari.”
🥘 Nasihat Bijaksana Salman:
Salman kemudian duduk bersama Abu Darda’. Ketika waktu makan tiba, Abu Darda’ enggan makan kerana dia sedang berpuasa. Tapi Salman berkata:
"Aku tidak akan makan kecuali engkau makan bersamaku."
Maka Abu Darda’ pun berbuka puasa dan makan bersama Salman.
🌙 Malam Hari:
Ketika malam tiba dan Abu Darda’ hendak bangun untuk solat malam, Salman berkata:
> “Tidurlah dulu.”
Abu Darda’ pun menurut. Ketika dia hendak bangun lagi, Salman berkata:
> “Tidurlah.”
Pada bahagian akhir malam, Salman membangunkannya dan berkata:
> "Sekarang, bangkitlah."
Mereka pun solat malam bersama.
---
💎 Nasihat Emas dari Salman kepada Abu Darda’:
Salman kemudian berkata:
> "Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak ke atasmu, dirimu mempunyai hak ke atasmu, dan isterimu juga mempunyai hak ke atasmu. Maka berikanlah setiap yang berhak itu haknya."
🕌 Nabi Muhammad SAW bersabda setelah mendengar kisah itu:
> "Salman telah berkata benar."
— [HR. Bukhari no. 1968]
🧠 Hikmah Besar dari Kisah Ini:
1. Keseimbangan hidup dalam Islam: Ibadah sangat penting, tetapi tidak boleh mengabaikan hak tubuh dan keluarga.
2. Teguran yang bijaksana: Salman tidak marah, tapi memberi contoh dengan perbuatan dan waktu yang tepat.
3. Persahabatan sejati: Sahabat sejati adalah yang menegur demi kebaikan akhirat dan dunia kita.
Hadis Sahih al-Bukhari No. 1968 mengisahkan interaksi antara dua sahabat Nabi Muhammad SAW, iaitu Salman al-Farisi dan Abu ad-Darda’, yang memberikan pengajaran mendalam tentang keseimbangan dalam kehidupan beragama.
---
📖 Teks Hadis (Ringkasan):
Diriwayatkan oleh Abu Juhaifah:
Nabi Muhammad SAW mempersaudarakan Salman dan Abu ad-Darda’. Suatu hari, Salman mengunjungi Abu ad-Darda’ dan mendapati isteri Abu ad-Darda’ dalam keadaan tidak terurus. Apabila ditanya, beliau menjawab bahawa suaminya tidak berminat dengan dunia. Abu ad-Darda’ kemudian datang dan menyediakan makanan untuk Salman. Salman memintanya makan bersama, tetapi Abu ad-Darda’ mengatakan bahawa dia sedang berpuasa. Salman berkata, “Aku tidak akan makan melainkan engkau makan.” Maka, Abu ad-Darda’ pun makan.
Pada waktu malam, Abu ad-Darda’ bangun untuk solat malam, tetapi Salman menyuruhnya tidur. Ini berulang beberapa kali hingga bahagian akhir malam, barulah Salman membenarkannya bangun untuk solat. Setelah solat, Salman berkata:
> “Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atasmu, dirimu mempunyai hak atasmu, dan keluargamu mempunyai hak atasmu. Maka berikanlah setiap yang berhak itu haknya.”
Abu ad-Darda’ kemudian menceritakan hal ini kepada Nabi Muhammad SAW, dan baginda bersabda:
> “Salman telah berkata benar.”
(Sumber: Sahih al-Bukhari 1968)
---
🌟 Pengajaran Utama:
1. Keseimbangan dalam Ibadah: Islam menekankan keseimbangan antara ibadah, hak diri sendiri, dan tanggungjawab terhadap keluarga.
2. Nasihat dengan Hikmah: Salman menunjukkan cara menasihati yang bijaksana dan penuh kasih sayang.
3. Kepentingan Hak: Setiap individu dan pihak mempunyai hak yang perlu ditunaikan, termasuk tubuh badan dan keluarga.
Hadis ini mengingatkan kita bahawa dalam beragama, keseimbangan adalah kunci. Ibadah yang berlebihan tanpa mempedulikan hak-hak lain boleh membawa kepada ketidakseimbangan dalam kehidupan.
Jika anda ingin, saya boleh menyediakan versi hadis ini dalam bahasa Arab, Inggeris, atau meringkaskannya untuk tujuan tazkirah atau pembelajaran. Adakah anda berminat?
1. Byk Diam
2. Tawadduk Tidak bangga diri
3. Zikir sentiasa
4. Tidak bermewah2
.
Comments
Post a Comment